Aku dan Pria Bervespa Hijau Tua

Assalamualaikum.

Kamis, 23 Februari 2017.



Vespa ya? Dulu, rasanya takut sekali menaiki motor vespa. Dan tidak pernah terbayangkan sebelumnya aku menaiki atau di bonceng oleh motor tua itu. Tapi sekarang? Setiap pepergian, vespa tua berwarna hijau tua itu selalu jadi alat transportasi paling nyaman. Mobil mewah? Rasanya masih kalah nyamannya dengan motor tua itu.

Aku yang saat itu berkomitmen agar tetap sendiri, fokus akan karirku, keluargaku, teman-temanku di pertemukan dengan seseorang yang sampai saat ini masih setia memboncengiku kemanapun aku pergi. Aku yang saat itu lelah, malas, dan enggan untuk bertemu cinta yang baru di pertemukan dengan cinta yang sampai saat ini rasanya masih sama seperti ketika masa-masa awal jatuh cinta, tak berubah layu. Namun semakin hari semakin mekar membesar.
Aku yang saat itu berpikiran bahwa dengan aku mencintai lagi, hanya akan membuatku jatuh dan terpuruk dipertemukan dengan seseorang yang selalu membuatku merasa dicintai sepenuhnya, disayangi sepenuhnya, diterima bagaimanapun keadanku. Dan seseorang itu mengubah cara pemikiranku sebelumnya yang ingin sendiri, ingin fokus dengan karir, keluarga dan teman, yang lelah mencinta lagi menjadi diriku yang sekarang. Terimakasih untuk kamu yang saat ini sedang lincahnya berlari berputar di kepalaku. Terimakasih...

Dia? Pria sederhana. Tak berdasi, tak bermobil dan tak berbranded. Caranya berpakaian pun sederhana. Kaus hitam & celana jeans, sudah cukup pas untuknya. Badannya? Pas. Hanya saja aku yang sedikit lebih gemuk darinya selalu komplain "Kurus, gendutan dikit napa?". Rambutnya? Tidak lembut tidak juga kasar. Tidak lurus, malah rambut dibagian depannya berbentuk lebih keriting dibandingkan rambut kepala daerah belakang/pinggirnya. Makan? Dia adalah mahluk paling banyak makan namun berat badannya tidak menunjukan perubahan. Berbeda halnya dengan aku. Dia adalah tipe pria yang makannya nggak ribet. Semua masuk asalkan ada, hahaha. Tapi itulah kenapa aku semakin yakin kepadanya. Sifatnya? Ramah. Ramah sekali. Setiap akan bertamu kerumahnya, semua orang yang ia temui dari awal gang sampai pintu depan rumahnya dia sapa. Menyebalkan, sangat menyebalkan. Dia selalu tau cara untuk membujukku yang sering kali ngambek. Cara dia bercanda memang kadang berlebihan dan biasanya selalu berakhir dengan aku yang ngambek dan sakit hati akan candaannya. Namun dengan sifatnya yang dewasa dia seringkali meminta maaf akan perbuatannya dan mengusahakan agar tak melakukan hal yang sama. Dewasa, sifatnya yang dewasa dan lebih dewasa dibandingkan aku membuatku banyak belajar darinya. Banyak memahami, banyak melihat, banyak mendengar. Sifatnya yang dewasa pula seringkali dia menasehatiku, memberiku wejangan-wejangan layaknya seorang ayah kepada anak gadisnya. Overprotektif... mungkin? Dia ingin selalu jadi orang yang menemaniku kemanapun aku pergi, dia selalu ada di acara keluarga. Acara kumpul bersama teman-teman. Beruntungnya aku, dia adalah orang yang mudah bergaul. Aku tidak perlu khawatir dia akan merasa bosan ketika saat berkumpul dengan teman-temanku atau saat aku meninggalkannya untuk pergi memasak di acara keluarga.

Sebenarnya ada banyak sifatnya yang membuat aku semakin yakin kepadanya, namun cukuplah aku simpan sendiri, takutnya kamu yang baca blogku ini akan jatuh cinta kepada dia juga. Hahaha, tapi maaf. Dia cuma buat aku seorang *pegang pistol*.

Dia yang pernah komplain, "pengen atuh di tulis di blog/buku diari kayak oranglain" haha. Aku suka menulis, suka menulis apapun yang terjadi kepadaku, entah hal itu menyenangkan atau tidak, seringkali menuliskan banyak hal. Entah itu tentang teman, sahabat, keluarga, pekerjaan. Membuat dia cemburu, dan berpikiran bahwa, "yang lain ditulis kenapa aku engga?" nih udah aku tulisin di blog. Senengkah sekarang?

Banyak sekali rasanya yang harus aku tulis disini mengenai dia dan aku. Namun, 1 artikel saja tidak cukup untuk membeberkan semua rasa. Tapi intinya, aku bahagia bisa membagi banyak cerita dengan dia, membagi keluh kesah, membagi semua perasaan tanpa perlu aku tuliskan di blog/buku diariku. Dia berarti diari berjalanku, tak perlu ballpoint tak perlu kertas lagi. Hanya butuh mulut yang akan berbicara, pikiran yang akan menunjukan, dan hati yang akan merasakan, serta mungkin kedua tangan yang akan memeragakan cerita atau keluh kesahku kepadanya. Dan tentunya, dia akan menyiapkan telinga yang akan mendengarkan semua kebahagiaanku, kesedihanku. Tangan yang akan selalu mengusap kepalaku dikala aku sedang bercerita tentang kesedihanku. Atau pundak yang akan jadi sasaran tempat kepalaku bersandar. Dan bibir yang seringkali ikut tersenyum dikala aku bercerita dengan lincah begitu senangnya aku, begitu bahagianya aku.

"There will always be a reason why you meet people. Either you need them to change your life. Or you are the one that will change theirs." aku pernah membaca quote tersebut di salah satu feeds di akun sosial mediaku. Mungkin kata-kata itu berlaku bagi mereka/kalian saja. Bagi aku dan dia, we need each other to change each other lives.

Semangat terus ya pria bervespa hijau tua. Kita wujudkan semua mimpi-mimpi kita bersama. Jangan pernah biarkan mimpi-mimpi kita hanya sekedar mimpi-mimpi saja. Bersamamu, aku yakin bisa.



Yours truly,


0 Comments